Limbah Pertanian Masih Berimbas Polusi
Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo
LAMPUNG — Pembakaran jerami padi di sejumlah areal persawahan Lampung Selatan (Lamsel) berimbas polusi udara. Proses ini dipilih sejumlah petani karena jadi solusi tercepat membersihkan limbah.
Somaidi, salah satu petani padi di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan menyebutkan, ia memilih membakar untuk mempercepat pembersihan lahan. Saat panen padi serentak, sejumlah pencari pakan ternak memilih mencari jenis jerami yang terjangkau.
“Jerami yang dibakar dominan sudah sangat kering sehingga cepat habis, abunya akan ditaburkan ke areal persawahan sebagai bahan untuk pupuk alami. Jika tidak dibakar, justru menjadi sarang tikus yang akan menjadi hama,” terang Somaidi saat ditemui Cendana News, Rabu (22/4/2020)
Yang dibakar menurut Somaidi merupakan kawul atau bagian daun. Bagian batang padi atau disebut damen dikumpulkan olehnya pada bagian tepi sawah dan akan membusuk secara alami. Hasil pembusukan jerami yang selanjutnya menjadi pupuk kompos akan ditebarkan ke lahan sawah.
Petani lain bernama Wiyoto di Desa Pasuruan menyebut masih kerap melakukan pembakaran jerami. Asap tebal kerap dikeluhkan pengguna jalan dan sebagai solusi untuk melakukan pengurangan pencemaran udara ia mulai melakukan pemanfaatan.
“Pernah ada imbauan larangan membakar jerami namun karena lebih praktis tetap dilakukan,” cetusnya.
Pemanfaatan jerami padi yang kerap dilakukan oleh petani menurut Wiyoto hanya sebatas untuk pakan ternak. Ia mulai memanfaatkan untuk media tumbuh jamur merang. Jerami yang sudah tidak dimanfaatkan untuk pakan, selanjutnya ditumpuk. Proses penumpukan menjadi media tumbuh jamur akan menjadi sumber bahan makanan.