‘Infodemik’ Perburuk Situasi di Tengah Pandemi Covid-19
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Pendiri Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Harry Sufehmi, mengatakan saat ini istilah “infodemik” sudah mengglobal, dan turut memperburuk situasi dan tidak menolong sama sekali dalam upaya memutus penyebaran virus SARS-CoV-2.
“Infodemik ini mengarah pada informasi berlebih akan sebuah masalah, sehingga kemunculannya dapat mengganggu usaha pencarian solusi terhadap masalah tersebut,” kata Harry Sufehmi, saat jumpa pers di Gedung BNPB, Jakarta, Sabtu (18/4/2020).
Selain itu, kata Harry, infodemik juga dapat berakibat fatal hingga menyebabkan korban nyawa. Fenomena itu yang sering muncul di tengah masyarakat. Seperti informasi yang tidak benar mengenai salah satu obat penangkal Covid-19, yang membuat masyarakat justru merasa aman dengan adanya obat tersebut, sehingga mengabaikan anjuran protokol kesehatan.
“Akibat infodemik ini bisa cukup fatal, sampai menyebabkan korban nyawa. Misalnya, informasi mengenai obat tapi hoaks, terus berbagai narasi yang menghasut, tapi hoaks sehingga menyebabkan kepanikan di tengah masyarakat yang sudah cukup susah karena wabah ini, jadi kita kasihan sekali,” ungkapnya.
Harry juga menjelaskan, sesungguhnya para ulama jaman dahulu telah menyusun Ilmu hadist untuk melawan hoaks, tatkala saat itu banyak beredar hadist palsu. Untuk itu, perlu dipahami dasar untuk mendeteksi dan menangkal hoaks, menurut Harry adalah melalui apa yang seperti diajarkan oleh hadist melalui ulama dengan dasar sanad dan matan. Yaitu, mengetahui asal atau sumber dan bunyi makna dan pemahaman tentang isinya.
“Dasarnya simpel untuk membantah atau mendeteksi hoaks, yaitu sanad dan matan. Sanad itu sumber, matan itu konten. Jadi maksudnya, kita cek kalau kita dapat berita, sanadnya apa, sumbernya dari mana. Kalau cuma forward Whatsapp yang tidak jelas sumbernya sama sekali, ya kita anggap hoaks saja sampai terbukti sebaliknya, jadi supaya aman,” jelasnya.