Ibadah di Rumah, tak Ada Kesulitan dalam Beragama
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengingatkan bahwa Allah SWT menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dalam beragama. Dalam situasi darurat pandemi Corona atau Covid-19, beribadahlah sesuai pendapat yang dasarnya dari Alquran dan As-Sunnah.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir, mengatakan, masih ada sebagian umat Islam yang ingin salat berjamaah di masjid, termasuk saat Ramadan tiba. Semestinya umat Islam berpikir dan bertindak dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas lebih-lebih di kala darurat pandemi Corona atau Covid-19.
Dia menegaskan, jangan semuanya disikapi seolah normal, karena kondisi saat ini darurat. Apa tidak melihat kenyataan betapa dahsyatnya wabah Corona ini, Amerika Serikat (AS) saja terbesar korban meninggal.
“Jangan menyepelekan wabah ini. Indonesia tidak sebesar AS dan negara lain jumlah meninggalnya, justru kita harus tetap waspada dan melakukan pencegahan,” paparnya dalam rilis yang diterima Cendana News, Selasa (21/4/2020) malam.
Ini menurutnya, bukan soal takut atau berani menghadapi wabah Covid-19, tetapi soal ikhtiar yang dari segi agama maupun ilmu dibenarkan untuk usaha mencegah datangnya wabah agar tidak semakin luas.
Apalagi di tengah wabah Covid-19 ini, jelas dia, pilihan ibadah di rumah sudah berlaku di seluruh dunia Islam. Masjdil Haram dan Masjid Nabawi saja tidak dipakai salat Jumatan dan tarawih.
Haedar mengingatkan, bahwa Nabi Muhammad hanya satu kali tarawih di masjid. Allah SWT menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dalam beragama.
“Kenapa begitu ngotot tarawih berjamaah harus di masjid dalam suasana saat wabah Covid-19 meluas? Lebih-lebih dalam keadaan darurat, mestinya umat Islam mau mengikuti mayoritas pandangan bahwa selama masa pandemi Corona ibadah dilakukan di rumah saja, dengan khusyuk dan berjamaah dengan anggota keluarga,” ujarnya.