PAK HARTO SUKSES TEKAN ANGKA KEMISKINAN, DARI 60 MENJADI 11,34 PERSEN
Dalam Temu Wicara pada Kunjungan Kerja ke Subang Jawa Barat (Panen Raya), 2 April 1994, Presiden kedua Republik Indonesia, Jenderal Besar HM Soeharto menerangkan, kemiskinan itu bisa diatasi kalau pendapatan rakyat itu cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Pak Harto menyebutkan, selama Pembangunan Jangka Panjang yang pertama, pemerintah berhasil menekan angka kemiskinan, yang sebelumnya berada di angka 60 persen dan tinggal 15 persen di tahun 1990-an.
“Ini sudah merupakan salah satu modal pertama dalam kita dalam memasuki Pembangunan Jangka Panjang yang ke-2. Bahkan setelah dihitung, ternyata tahun 1990 sampai kepada tahun 1993 terjadi penurunan lagi, tinggal 13,67 persen. Dengan demikian angka yang miskin itu kemudian lantas menjadi kecil, kecil, kecil,” sebut Bapak Pembangunan.
Disebutkan Pak Harto, tahun 1990, terdapat 27 Juta rakyat Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, sementara di tahun 1993 tinggal 25 juta.
Menurut data di soeharto.co, jumlah tersebut terus menyusut, sehingga pada 1996 jumlah penduduk miskin telah berkurang menjadi 22,5 juta orang, atau hanya sekitar 11,34 persen dari seluruh penduduk Indonesia pada saat itu.
“Ini berarti terus-menerus secara bertahap angka kemiskinan itu menjadi kecil,” sebut Pak Harto.
Presiden Soeharto menyebutkan, masih banyak orang yang belum mengetahui ukuran untuk kemiskinan itu, ada yang menggunakan pendapatan cukup beras untuk 1 tahun, ada teori dengan menggunakan kalori 2.100 per hari.
“Kemarin, BPS menemukan satu metode yang sekiranya mendekati ukuran, ialah mengukur kebutuhan pangan sama kebutuhan non pangan daripada rakyat yang berada di kota dan di desa,” terang Pak Harto.