Sejumlah Prajurit Turki Tewas dalam Pertempuran di Idlib

NEW YORK – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Antonio Guterres, menggambarkan peningkatan tensi pertempuran di Idlib hingga menewaskan sejumlah prajurit Turki sebagai “salah satu momen paling mengkhawatirkan” pada perang Suriah.

Pernyataan itu disampaikan Guterres seiring dengan keputusan suara mayoritas dari 15 anggota Dewan Keamanan PBB, yang melakukan pertemuan setelah insiden itu meminta gencatan senjata dilakukan.

Di hadapan dewan, Guterres juga menyerukan gencatan senjata sesegera mungkin “sebelum situasi berada di luar kendali”.

Dia menambahkan, “Rakyat sipil membayar harga yang sangat mahal. Dan, jeratan itu makin erat seiring dengan garda depan pasukan militer yang mencapai area dengan populasi tinggi.”

Sebanyak 33 tentara Turki terbunuh oleh prajurit pemerintah Suriah yang didukung oleh Rusia, dalam serangan mematikan yang dialami militer Turki sejak terakhir pada 30 tahun lalu.

Pasukan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, dengan bantuan kekuatan di udara dari Rusia, bertempur untuk merebut kembali wilayah terbesar terakhir di Suriah yang diduduki oleh pemberontak dalam perang yang berjalan selama sembilan tahun itu.

Turki mengirimkan ribuan prajurit serta persenjataan berat ke wilayah Idlib, untuk memberi bantuan kepada pasukan pemberontak.

“Kami meminta Federasi Rusia untuk segera mendaratkan pesawat tempur, meminta semua pasukan Suriah serta mendukungnya dari Rusia untuk mundur ke garis gencatan senjata yang pertama kali ditentukan pada 2018,” kata Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Kelly Craft, di hadapan dewan.

Sementara Turki dan Rusia memberikan keterangan yang saling bertolak belakang mengenai apa yang terjadi di hadapan Dewan Keamanan PBB.

Lihat juga...