Rumah Sakit Tanpa Dinding, Potong Sistem Antrean
Editor: Makmun Hidayat
“Rumah sakit tanpa dinding ini harus didekati dari hulu sampai ke hilir, sehingga tujuan menurunkan angka kesakitan maupun kematian dapat terealisasi,” jelasnya.

Menurutnya, selama ini rumah sakit tanpa dinding lebih banyak dimainkan perannya dari puskesmas. Karena keterbatasan tenaga kesehatannya, menjadikan pelayanan kesehatan belum banyak dirasakan masyarakat.
Oleh karena itu, jelas Yulianto, dengan mendorong peran rumah sakit lebih proaktif memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka pelayanan kesehatan lebih maksimal.
Rumah sakit bisa lebih dimaksimalkan perannya, ada banyak tenaga ahli didalamnya, sehingga, ilmu yang dimiliki bisa lebih bermanfaat kepada masyarakat.
“Mereka juga bisa melakukan pembinaan kepada kelompok masyarakat, tentang upaya kesehatan. Sehingga, tahun ini kita upayakan rumah sakit terlibat untuk mendukung program rumah sakit tanpa dinding itu,” ujarnya.
Dia menyebutkan, pemerintah akan fokus pada pengembangan tujuh rumah sakit milik pemprov terlebih dulu, barulah kemudian milik kabupaten/kota dan swasta.
Dukungan disampaikan, Ketua Komisi E DPRD Jateng Abdul Hamid. Dipaparkan, secara prinsip program dari Pemprov Jateng harus didukung. Secara kelembagaan, DPRD sebagai mitra kerja Pemprov juga tidak mempermasalahkan program tersebut, sepanjang bermanfaat buat masyarakat.
“Program ini untuk mengembalikan fungsi pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Bahkan, program rumah sakit tanpa dinding juga sudah masuk di RPJMD Jateng 2018-2023. Prinsipnya, selama itu memang memaksimalkan layanan kepada masyarakat secara langsung, kita dukung. Kita juga setujui dasar anggarannya,” pungkas Abdul Hamid.