Petani Sawit di Sumbar Raup Untung Setelah Cina Tutup Impor
Editor: Makmun Hidayat
Kini, situasi perkebunan sawit di Sumatera Barat merasakan dampak yang positif, dengan telah dibukanya ekpor ke India tersebut. Apalagi kini lagi musim panennya sawit, sehingga akan sangat menguntungkan petani sawit.
“Sekarang kita akan memanfaatkan sebaik mungkin adanya ekspor ke India ini. Meski pemerintah tidak lagi memberikan izin perluasan perkebunan sawit, kita terus berupaya memaksimalkan perkebunan yang ada kini,” jelasya.
Dikatakannya, kini luas perkebunan sawit di Sumatera Barat berada di angka 700 ribu hektare. Dari luas itu, pemerintah turut membantu petani dari sisi raplanting atau peremajaan dengan usia sawit yang telah mencapai usia 25 tahun.
“Ada 20 haktare lahan di Sumatera Barat yang akan dilakukan peremajaan di tahun 2020 ini, seperti di Kabupaten Dharmasraya dan Pasaman Barat, serta beberapa lagi di Pesisir Selatan dan di Kabupaten Agam,” sebutnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Sumatera Barat, Budi Syukur, mengaku bahwa ada sisi positif dengan kondisi Cina menutup kran ekspor impor tersebut bagi perkebunan sawit di Sumatera Barat. Harga sawit mengalami kenaikan yang sangat signifikan jika dibandingkan tahun 2019 lalu.
“Kondisi di Cina itu, malah membuat perekonomiman petani sawit jadi membaik, setelah terpuruk tiga tahun terakhir. Dimana harganya sangat mirip yakni 600 rupiah saja per kilogramnya. Sekarang India masuk, dan kondisi panen sawit lagu bagus, membuat petani memperoleh keuntungan,” ucapnya.