Petani Sawit di Sumbar Raup Untung Setelah Cina Tutup Impor
Editor: Makmun Hidayat
PADANG — Petani sawit di Sumatera Barat menikmati hasil panen yang menggembirakan setelah Cina menutup kran ekpor-impor, akibat wabah virus corona. India, menjadi negara yang kini membuka kran impor sawit yang datang dari Sumatera Barat.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Sumatera Barat, Syahril, mengatakan, setelah Cina menutup kran ekspor impor, kini India menjadi negara yang membuka diri untuk menerima impor crude palm oil (CPO) dari Sumatera Barat, dengan kuota 1,1 juta ton per tahunnya.
“Ekspor ke India baru dimulai Desember 2019 lalu, kuota ekpor kita 1,1 juta ton per tahunnya. Jumlah ini tentu terpenuhi, karena produksi sawit kita saja per tahunnya mencapai 45 juta ton,” katanya, Rabu (26/2/2020).
Menurutnya, dengan adanya kebutuhan ekspor 1,1 juta ton itu, membuat petani sawit di Sumatera Barat turut bergembira. Karena turut berdampak kepada harga sawit yang mengalami kenaikan dari tahun 2019 lalu.
Sejak Desember 2019 kemarin itu, harga kelapa sawit tanda buah segar (TBS) di Sumbatera Barat mulai Rp1.400 – Rp1.900 per kilogram. Harga ini jelas lebih baik jika dibandingkan November hingga sebelumnya, yang hanya berada di angka Rp600 per kilogramnya.
“Dulu menangis petani sawit ini, harganya sawitnya sangat murah yakni 600 rupiah per kilogramnya. Kondisi itu, waktu kita ekspor ke Cina. Sekarang ketika dikirim ke India, harganya pun naik,” ujarnya.
Syahril yang juga seorang petani sawit mengakui, hal yang membuat harga sawit naik sewaktu India membuka kran impor, karena ada berpengaruh dari kondisi anjloknya harga sawit di Malaysia. Dulu, Indonesia dan Malaysia bersaing untuk mengekpor CPO ke India, hanya saja Indonesia tidak sanggup untuk membayar pajak impor, karena terlalu tinggi.