Perajin Bakiak Di Tulungagung Masih Bertahan
TULUNGAGUNG – Perajin bakiak di Tulungagung masih tetap eksis, dan mempertahankan industri rumahan yang telah digeluti puluhan tahun dan turun-menurun tersebut.
Turunnya permintaan pasar terhadap sandal tradisional berbahan kayu tersebut, tidak mempengaruhi niat untuk tetap berproduksi. Muhammad Hamdan Habibi, salah satu perajin bakiak di Desa Serut, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, Jawa Timur, Senin (3/2/2020) mengatakan, kerajinan bakiak yang ditekuni saat ini merupakan mata pencaharian utama yang dimiliki.
Hanya kegiatan tersebut spesifikasi keahlian yang dimiliki saat ini. Penurunan volume permintaan bakiak dalam kurun beberapa tahun terakhir, memang dikeluhkannya. Namun, industri kecil tersebut diklaim masih bisa memberikan keuntungan. “Trennya banyak berubah. Pengguna bakiak semakin sedikit seiring kian bervariasinya produk sandal yang tahan air dan mungkin lebih praktis,” katanya.
Sebagai gambaran, Hamdan Habibi sebelumnya bisa melayani hingga 50 kodi bakiak per-bulan. Kini, dia maksimal hanya melayani 20 kodi bakiak. Usaha bakiak digeluti Hamdan sejak zaman moyangnya. Hamdan merupakan generasi keempat penerus usaha pembuatan bakiak.
Dibantu sejumlah karyawannya, Hamdan bertekad meneruskan usaha bakiak yang sudah dirintis oleh leluhurnya tersebut. “Mungkin usaha ini ketinggalan zaman, namun tetap kami produksi karena kami percaya ini masih mendatangkan keuntungan,” imbuhnya.
Kayu yang digunakan untuk membuat bakiak merupakan kayu randu. Kayu tersebut dipilih, karena ringan dan mudah dibentuk. Sejumlah kota yang mempunyai banyak pondok pesantren seperti Kediri, Jombang dan Ponorogo menjadi pelanggan tetapnya. “Saat ini pelanggan banyak dari kalangan pesantren,” pungkasnya. (Ant)