Pemprov Bali Gelar Kriyaloka Penulisan Ilmiah Berbahasa Bali
“Kalau datanya lemah, argumennya lemah, bagaimana caranya menulis artikel imiah? Jadi, menulis karya ilmiah bukan seperti menulis puisi, cerpen yang lebih ke ranah rasa seni dan sebagainya. Sedangkan karya ilmiah itu adalah metode menghadirkan persoalan baru dengan kajian, artinya menulis karya ilmiah. Ibarat perang, pelurunya adalah data itu sendiri,” ucapnya.
Sementara itu, pembicara lainnya, Dr. Dian Samputra, menyoroti terkait pedoman atau “uger-uger” bahasa Bali dalam menulis karya ilmiah, hingga kini belum ada kesepakatan bersama.
“Saat ini belum ada uger-uger bahasa Bali ilmiah, kalau dalam bahasa Indonesia ada ejaan yang disempurnakan. Mudah-mudahan melalui kegiatan atau forum Bulan Bahasa Bali ada kajian, dari para pakar untuk membuat satu kesepakatan untuk membuat uger-uger dalam penulisan bahasa Bali,” ucap Dian.
Kesulitan menulis artikel ilmiah berbahasa Bali, bila tidak dipersiapkan dengan matang, jelas akan tidak menghasilkan tulisan yang baik. “Karena itu, penguasaan cara menulis yang baik mesti diperhatikan dengan baik dan benar,” ujarnya.
Bulan Bahasa Bali 2020 yang dilaksanakan dari 1-27 Februari mendatang, selain diawali dengan Festival Nyurat Lontar Massal, juga diisi lima kegiatan widyatula (seminar dan diskusi), 17 wimbakara (lomba), 14 sesolahan (pergelaran), 15 prasara (pameran), dan tiga kriyaloka (workshop). (Ant)