Pembatas Observasi WNI dari Cina di Natuna, Tiga Lapis
JAKARTA – Pemerintah membuat pembatas tiga lapis yang tidak bisa diakses masyarakat umum dalam mengobservasi Warga Negara Indonesia (WNI) yang dipulangkan dari Provinsi Hubei, Cina.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono, mengatakan keputusan lokasi observasi WNI di Natuna adalah kebijakan pemerintah pusat yang didasarkan berdasarkan berbagai pertimbangan.
“Mengenai mengapa di Natuna, ini kebijakan pemerintah, kami di Kementerian Kesehatan memberikan persiapan pelayanan. Tentu pemerintah punya pertimbangan-pertimbangan, karena waktu, karena persoalan jumlah, karena persoalan kedaruratan itu sendiri. Banyak opsi yang disiapkan, tapi pemerintah memilih Natuna sebagai tempat observasi kesehatan selama masa karantina,” kata Anung, Senin (3/2/2020).
Pemerintah membagi wilayah karantina dalam tiga lapis, yaitu lapis pertama para WNI tidak ada yang kontak dengan orang lain, kecuali tenaga kesehatan. Pada lapis ke dua digunakan untuk dukungan pelayanan kesehatan, makanan, dan sebagainya. Sementara di lapis ke tiga digunakan untuk tempat melakukan pemantauan.
“Kami semua ada di situ untuk memastikan yang dikhawatirkan oleh masyarakat itu tidak terjadi,” kata Anung.
Anung menegaskan, penempatan karantina di hanggar pangkalan udara bukan hanya mempertimbangkan lokasi yang paling jauh, namun melihat psikologi para WNI yang diobservasi kesehatannya agar tidak stres.
Kendati demikian, pertimbangan jarak yang berjauhan dengan lokasi masyarakat juga menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan lokasi karantina, merujuk pada mekanisme penularan virus.