Kemeriahan Perayaan Cap Go Meh dan Sajian Kue Keranjang
Editor: Makmun Hidayat
Sui Ni Liu mengaku mengunjungi dua vihara di Teluk Betung untuk membawa persembahan. Permohonan keselamatan dam rasa syukur saat Cap Go Meh sekaligus menjadi waktu berdoa bagi leluhur. Ia juga menjadikan perayaan itu sebagai waktu berbagi kepada sesama. Tradisi memberi angpao bagi pengurus vihara dan anak anak kecil masih tetap dilakukan saat perayaan Cap Go Meh.

Terkait perayaan Cap Go Meh, Ali Sutomo selaku juru pelihara Vihara Chiang Cin Miao mengaku warga banyak yang datang untuk berdoa. Pengertian Cap Go Meh dari bahasa Tionghoa berasal dari kata Cap bermakna sepuluh, Go bermakna lima dan Meh bermakna malam. Secara harfiah Cap Go Meh merupakan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek. Dirayakan pada hari ke-15 menjadi rangkaian perayaan Imlek.
“Hari ini setiap keluarga menyempatkan untuk bersembahyang di vihara memanjatkan doa keselamatan dan keberkahan, lalu makan bersama,” cetus Ali Sutomo.
Ali Sutomo menyebut umat yang berdoa sekaligus menengok sepasang lilin yang dinyalakan saat Imlek. Lilin tanda terang selama tahun baru shio tikus logam diharapkan akan menjadi penerang dalam menjalani kehidupan. Usai berdoa kepada para dewa,leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa, umat akan berkunjung ke sejumlah keluarga yang lebih tua.
Penghargaan kepada leluhur, orangtua menjadi hal yang wajib bagi etnis Tionghoa yang memeluk agama Budha. Kemeriahan Cap Go Meh juga terlihat dengan adanya penyalaan lampion yang menghiasi dalam dan luar vihara. Pada sejumlah tempat pertunjukan tarian naga dan singa atau barongsai jadi sajian istimewa. Lokasi pertunjukan barongsai menurutnya dipusatkan di perumahan Citra Land.