BKKBN Sumbar Kesulitan Turunkan Angka Kelahiran Anak
Editor: Koko Triarko
PADANG – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumatra Barat mengaku kesulitan mengatasi jumlah pertumbuhan anak di daerah tersebut.
Melihat hasil capaian kinerja Perwakilan BKKBN Sumatra Barat pada 2019, mencapai 2,68 persen dari target 2,38 persen pertumbuhan anak. Angka ini berdasar hasil Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP). Secara keseluruhan, capaian kinerja sasaran strategis telah tercapai melebihi target, kecuali Total Fertility Rate (TFR).
Kepala Perwakilan BKKBN Sumatra Barat, Etna Estelita, menyebutkan jika hal itu disebabkan adanya beberapa daerah yang masih tinggi tingkat Usia Perkawinan Pertama, seperti Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Kabupaten Limapuluh Kota. Kondisi ini makin diperparah dengan masih tingginya pemakaian kontrasepsi jangka pendek, yaitu sebesar 70,74 persen.
Ia mengatakan, jika melihat dari segi jumlah anak di Sumatera Barat berada di atas rata-rata angka nasional, yakni 2,45 persen, sementara Sumatera Barat lebih tinggi, yakni 2,68 persen. Bila dilihat dari Total Fertility Rate, BKKBN Sumatra Barat mengaku sulit untuk menurunkan angka kelahiran anak.
“Padahal, dalam usia menikah di Sumatra Barat termasuk sudah bagus, yakni di usia 22 tahun. Namun yang seharusnya usia dewasa tidak melahirkan anak dalam jumlah yang rapat, malah terjadi kelahiran anak yang cukup tinggi,” katanya, pada pertemuan BKKBN Tingkat Provinsi dalam kegiatan Pemaduan Perancanaan Program dan Anggaran Tahun 2020 di Padang, Selasa (25/2/2020).
Ke depan, BKKBN Perwakilan Sumatra Barat akan melakukan edukasi kepada 300 lebih Kampung Keluarga Berencana, sehubungan dengan kesadaran keluarga dalam berencana untuk mengatur kelahiran anak. Sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu berisiko tinggi dalam melahirkan.