Bahan Baku Pembuatan Genteng di Lamsel Mulai Sulit Diperoleh

Editor: Makmun Hidayat

Sulitnya mencari bahan baku tanah liat disiasati Sarji dengan memanfaatkan perantara. Sejumlah perantara akan mencari lahan tanah liat yang akan dibeli untuk stok. Tanah liat yang sudah dibeli bisa disimpan dalam waktu lama menggunakan tutup plastik. Tanah liat yang akan dicetak menjadi genteng dihaluskan ulang memakai mesin molen. Setelah dihaluskan tanah bisa disimpan menunggu proses pencetakan.

Selain bahan baku tanah liat untuk membuat genteng, pengrajin mulai kesulitan kayu bakar. Kayu yang dipergunakan sebagai bahan pembakaran genteng sulit kering. Sebab selama penghujan pengepul kayu bakar kekurangan pasokan. Kayu bakar menurutnya lebih mudah diperoleh saat musim kemarau. Sebab sebagian pemilik kebun memilih melakukan penebangan kayu saat kemarau.

“Saat penghujan jenis kayu bakar yang kerap diperoleh dari sengon, jati ambon yang ditebang untuk peremajaan,” tuturnya.

Jusman (kanan) melakukan proses pengangkutan genteng dari tobong di Desa Tanjung Sari Kecamatan Palas, Lampung Selatan, Rabu (26/2/2020). -Foto: Henk Widi

Kayu bakar untuk pembakaran dan tanah liat yang sulit diperoleh berimbas pengrajin menaikkan harga genteng. Pada level pengrajin sebelumnya genteng dijual dengan harga Rp850ribu. Jusman, salah satu pemilik usaha jual beli genteng menyebut harga mencapai level Rp1juta. Sebab sulitnya bahan baku tanah liat, kayu bakar ikut memengaruhi kenaikan biaya produksi.

Berkurangnya jumlah lahan disebut Jusman mengakibatkan kayu bakar sulit diperoleh. Satu mobil L300 ia menyebut kayu bakar dibeli oleh pengrajin dengan harga Rp350ribu. Satu kali proses pembakaran ia membutuhkan kayu bakar sekitar empat hingga lima kubik kayu bakar. Ranting pohon pada perkebunan jati ambon, sengon dan karet kerap jadi pilihan untuk membakar genteng.

Lihat juga...