40 Persen Balita di Lebak Menderita ‘Stunting’
LEBAK – Kepala Pelaksana Harian Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Triono, menyatakan, berdasarkan hasil riset kesehatan daerah (Risda) sekitar 40 persen dari 94.851 anak usia di bawah lima tahun atau balita di daerah itu menderita stunting atau kekerdilan.
“Saya kira kasus stunting di Lebak cukup tinggi,” kata Triono saat menghadiri pengobatan gratis yang dilaksanakan PT KAI Daop 1 Jakarta di Stasiun Maja, Lebak, Selasa.
Pemerintah daerah, katanya, bekerja keras untuk pencegahan penanganan kasus kekerdilan melalui kegiatan sosialisasi juga menyalurkan bantuan makanan tambahan untuk balita dan pemberian tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri maupun pemeriksaan ibu hamil.
Selain itu juga calon-calon ibu hamil dapat terpenuhi gizi, sanitasi dan lingkungan yang baik, ketersediaan air bersih, memahami pendidikan pola asuh, mampu membeli makanan dan mampu mengelola makanan.
Pihaknya juga bekerja sama dengan Disdikbud menyosialisasikan pencegahan kekerdilan ke sekolah-sekolah, termasuk pemberian TTD untuk remaja putri.
Penyebab kasus kekerdilan itu, kata dia, diakibatkan kekurangan gizi kronis yang lama, pola asuh yang kurang baik, daya beli, ketersediaan pangan dan pernikahan dini.
Selain itu juga akses lingkungan, termasuk akses sanitasi dan air bersih, menjadikan salah satu faktor penyebab kekerdilan.
Untuk penanganan kekerdilan itu dilakukan secara terintegrasi dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait dengan dikoordinir oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), temasuk Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan serta Dinas Pertanian dan Perkebunan.
Upaya itu, katanya, juga melibatkan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD), Kementerian Agama (Kemenag), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) dan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR).