Seni Membonsai Digandrungi Masyarakat Lamsel

Editor: Makmun Hidayat

Sebagai trainer I Gde Saputra menyebut butuh berbagai proses menciptakan bonsai yang indah. Pembentukan bonsai disebutnya mulai proses pengawatan (wiring), pemangkasan bagian batang, cabang dan ranting yang tidak diperlukan (prunning). Pembuangan tunas dan daun baru yang tidak diperlukan agar tetap rapi (trimming) hingga proses penyempurnaan bentuk pohon (koreksi).

I Gde Saputra menyebut sejumlah pohon yang bisa dijadikan bonsai. Di wilayah Ketapang jenis pohon yang kerap dijadikan bonsai meliputi beringin, sentigi, cemara dan serut. Berbagai jenis bahan pohon untuk bonsai menurutnya bisa diperoleh dari alam, sebagian dari proses pembibitan.

“Awalnya pecinta bonsai masih sedikit namun berangsur banyak yang menyukai karena selain hobi bisa menjadi sumber penghasilan,” papar I Gde Saputra.

Ia menyebut awalnya sulit menjadi seorang trainer sebab butuh dasar untuk menciptakan bonsai dari bahan. Ia harus menciptakan sket untuk membuat bonsai menjadi seni yang indah dan menghasilkan. Belajar dari teman sekaligus menggali ilmu tentang bonsai ia mulai dikenal sebagai trainer. Ia kerap diundang pecinta bonsai dari Desa Ruguk, Desa Pematang Pasir yang juga memiliki komunitas bonsai.

I Gde Saputra menyebut sejumlah pecinta bonsai mulai membentuk komunitas. Banyaknya komunitas semakin mengangkat namanya sebagai trainer. Sebagai penyedia jasa pembentukan bonsai ia semakin banyak banyak belajar teknik membentuk bonsai yang indah. Hasilnya sejumlah bonsai yang sudah jadi bisa dijual dengan harga mulai Rp1juta hingga Rp30juta.

“Sejumlah bonsai diikutkan dalam kontes atau pameran sehingga bisa meningkatkan pamor dan nilai jual,” beber I Gde Saputra.

Lihat juga...