“Kerugian besar. Akibatnya cicilan mobil untuk operasional pengiriman barang sudah tidak terbayar. Estimasinya sudah sampai ratusan miliar,” kata Suyono.
Buka Impor
Suyono memperkirakan, hal itu terjadi karena pemerintah tidak segera membuka keran impor gula rafinasi, termasuk diperparah dengan permainan oknum tertentu yang justru membuat gula rafinasi yang seharusnya untuk kebutuhan industri, malah dijual secara bebas ke pasaran.
“Tetapi sekarang masih mengalir ke pedagang yang tidak resmi. Mereka dapat 2-3 truk per hari. Yang resmi malah tidak dikasih. Ini ada masalah distribusi yang tidak benar, karena justru pasar gelap yang menguasai barang-barang rafinasi,” ujarnya.
“Saya koperasi yang resmi, yang ditunjuk oleh Kemenkop UKM tidak dikasih alasannya kuota impor raw sugar (bahan baku gula rafinasi). Sudah tidak masuk dari Januari sampai Juni. Alasannya Pak Menteri (Menteri Perdagangan) tidak mau menandatangani izin impor untuk pabrik-pabrik gula rafinasi. Sehingga pabrik-pabrik itu hanya melayani yang besar-besar. Yang IKM ditinggal,” keluh dia.
Oleh karena itu, Suyono berharap pemerintah segera mengambil langkah agar gula rafinasi ini bisa segera masuk ke IKM. Jika tidak, maka kebutuhan produk makanan dan minuman saat Ramadan dan Lebaran tahun ini tidak akan terpenuhi.
“Harapannya pemerintah cepat beri kuota impor untuk gula rafinasi segera diturunkan. Agar IKM pemakai gula rafinasi segera produksi. Ini sudah mau bulan puasa,” katanya. (Ant)