Minyak Naik ke Tertinggi Sepekan, Libya Umumkan “Force Majeure”
LONDON — Harga minyak naik ke level tertinggi dalam lebih dari sepekan pada perdagangan terakhir Senin (Selasa pagi WIB), setelah dua basis produksi minyak mentah besar di Libya mulai ditutup di tengah blokade militer, yang berisiko mengurangi aliran minyak mentah dari anggota OPEC menjadi lebih sedikit.
Minyak mentah berjangka Brent, naik 35 sen atau 0,5 persen, menjadi 65,20 dolar AS per barel, setelah sebelumnya menyentuh 66 dolar AS per barel, tertinggi sejak 9 Januari.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) terakhir diperdagangkan 12 sen atau 0,2 persen lebih tinggi, pada 58,66 dolar AS per barel, setelah naik menyentuh 59,73 dolar AS per barel, tertinggi sejak 10 Januari.
Dua ladang minyak utama di Libya barat daya mulai ditutup pada Minggu (19/1/2020) setelah pasukan yang setia kepada Khalifa Haftar menutup satu saluran pipa, yang berpotensi memangkas produksi nasional menjadi lebih kecil dari level normalnya, National Oil Corporation (NOC) mengatakan.
NOC menyatakan force majeure pada pemuatan minyak mentah dari ladang minyak Sharara dan El Feel, menurut sebuah dokumen yang dilihat oleh Reuters.
Penutupan, setelah blokade pelabuhan minyak besar timur, berisiko mengambil hampir semua produksi minyak negara itu tak mengalir.
Namun, kenaikan harga minyak sebelumnya mereda setelah beberapa analis dan pedagang mengatakan gangguan pasokan di Libya akan berumur pendek dan bisa diimbangi oleh produsen lain, membatasi dampak pada pasar global.
“Pasar minyak tetap memiliki stok yang cukup dan bantal kapasitas cadangan yang sehat. Dengan kata lain, dampak kenaikan harga mungkin terbukti cepat berlalu,” kata Stephen Brennock dari broker minyak PVM.