Destinasi Wisata Pantai Tanjung Sembilang Terkendala Akses Jalan

Editor: Makmun Hidayat

“Pengunjung kerap datang untuk menyalurkan hobinya dalam dunia fotografi karena spot foto berlatar belakang pantai sangat menarik,” beber Ahmat Rizal.

Sebagai destinasi berkonsep eko wisata edukasi, keberadaan tanaman mangrove bisa menjadi tempat belajar. Sebab mangrove di Bandar Agung merupakan satu kawasan yang masih memiliki vegetasi mangrove terbanyak. Memiliki luas sepanjang 500 hektare lebih,hanya seluas dua hektare wilayah di bawah pengelolaan dan pengawasan Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai Way  Seputih Way Sekampung dan Hutan Lindung (BPDASHL).

Ahmat Rizal, ketua Kelompok Tani Hutan Hijau Lestari sekaligus pengelola destinasi wisata Pantai Tanjung Sembilang saat di lokasi mangrove, Minggu (12/1/2020). -Foto: Henk Widi

Berada di pantai timur Lamsel, kendala pengembangan destinasi Pantai Tanjung Sembilang ada pada akses jalan. Jalan berlumpur saat musim hujan berimbas sulitnya mencapai lokasi mengakibatkan pengunjung enggan datang saat musim penghujan. Upaya untuk perbaikan akses jalan disebutnya berpotensi untuk menjadikan objek wisata mangrove itu semakin dikenal luas.

“Kunjungan yang semula masih gratis menjadi daya tarik, namun selanjutnya berbayar untuk pemeliharaan fasilitas,” beber Ahmat Rizal.

Jupri, salah satu pengunjung menyebut akses jalan membuat ia sulit mencapai lokasi dengan motor. Jarak sekitar tiga kilometer ditempuh selama setengah jam. Padahal jika akses jalan lebih baik waktu tempuh bisa lebih cepat. Laki laki yang menyukai pengamatan burung (birdwatching) membuat ia memilih pantai Tanjung Sembilang. Vegetasi mangrove yang alami membuat tanaman tersebut menjadi habitat alami burung.

Lihat juga...