Atasi Krisis Air, Tugu Tirta Terapkan Rekayasa Hidrolika
Editor: Makmun Hidayat
Disampaikan Muhlas, penanganan masalah seperti ini tidak bisa bimsalabim selesai, karena semua anggaran juga by process, pekerjaan juga by process, sementara pelayanan tidak bisa ditunda. Apalagi pipa yang pecah ini adalah pipa satu-satunya yang bisa meng-cover layanan di topografi atas seperti daerah Buring.
“Ketika pipa itu pecah, pihaknya hanya bisa mengcover jaringan tertentu saja yang berada di topografi bawah, tapi tidak yang berada di atas,” terangnya.
Dalam menangani masalah air mengalir berbeda dengan listrik dimana ketika kabel tersambung langsung semua listriknya bisa menyala. Sedangkan air ketika sudah tersambung, maka prosesnya pelan-pelan mulai dari daerah yang secara topografi paling rendah, itu yang nanti akan mendapatkan air lebih dulu secara gravitasi seperti itu.
“Kalau seandainya yang pecah itu bukan pipa itu, kami masih bisa mengani agar tetap bisa melayani dengan jaringan pipa yang ada. Tapi berhubung ini harus dialirkan ke atas maka dibutuhkan energi baru untuk mendorong air ke atas. Kami rencanakan dalam waktu dekat akan melakukan pompanisasi agar bisa segera mengalirkan air ke atas,” tandasnya.
Lebih lanjut dijelaskan Muhlas, upaya perbaikan untuk pemenuhan air bersih kepada para pelanggan dilakukan secara bertahap. Dari awalnya 26 ribu pelanggan yang terdampak, bisa tercover sebanyak 16 ribu dengan mengurangi debit air dari zona pelayanan lain sehingga tinggal menyisakan 10 ribu pelanggan terdampak.
“Efeknya, ada daerah-daerah yang selama ini aman-aman saja aliran airnya, karena kita kurangi debitnya menyebabkan aliran air menjadi agak kecil di jam-jam sibuk,” ujarnya.