Presiden Soeharto (1): Masa Kecil

Setelah tamat, Soeharto remaja justru dihadapkan kesulitan baru, karena ayahnya maupun anggota keluarga ayahnya yang lain, tidak ada yang sanggup membiayainya melanjutkan sekolah.

Ia masih ingat kata-kata ayahnya saat itu.

“Nak… tak lebih dari ini yang dapat kulakukan untuk melanjutkan sekolahmu. Dari sekarang kamu sebaiknya mencari pekerjaan saja. Dan kalau sudah dapat, Insya Allah, kamu dapat melanjutkan pelajaranmu dengan uangmu sendiri”.

Soeharto remaja kemudian kesana kemari mencari pekerjaan. Pada waktu itu tidak gampang mendapatkan pekerjaan tanpa uluran tangan orang yang berkedudukan, berpengaruh, orang kaya ataupun pengusaha besar.

Setelah kesana kemari tidak berhasil, ia pergi ke Wuryantoro, karena di tempat ini banyak kenalan. Sampai suatu ketika Soeharto memperoleh pekerjaan sebagai pembantu klerek pada sebuah Bank Desa atau Volks Bank.

Soeharto remaja mengikuti klerek bank, berkeliling kampung dengan sepeda dengan mengenakan pakaian Jawa lengkap, dengan kain blankon dan baju beskap. Di kantor-kantor lurah, ia membantu klerek menampung permintaan para petani, pedagang kecil dan para pemilik warung yang menginginkan pinjaman. Disinilah ia belajar pembukuan, dan dalam dua bulan, pembukuan itu dikuasainya. Bahkan Mantri Bank Desa mengakui jika otak Soeharto remaja encer.

Tapi takdir tidak selalu sejalan apa yang direncanakan oleh setiap orang, begitu pula dengan apa yang dialami Soeharto. Suatu ketika, saat turun dari sepeda yang sudah reot, kain yang dipakainya tersangkut pada per sadel yang menonjol keluar dan sobeklah kain yang dipakainya. Ia dicela klerek yang didampinginya dan juga dimarahi bibinya. Ia dibentak bibinya dan dikatakan kalau itu satu-satunya kain yang baik dan tidak ada kain lain yang bisa diberikan kepadanya.

Lihat juga...