Lewat Peternakan, Kembalikan Kejayaan Agraris Indonesia
Editor: Makmun Hidayat
Menurutnya, peternakan tidak akan bisa berdiri sendiri. Karena diketahui bahwa pakan ternak terbaik itu ternyata bukan hanya rumput tapi juga ada dedek (sisa gilingan padi), memiki kandungan bagus untuk peternakan. Sehingga harus ada ulir padi.
“Jika ternak bangkit maka akan membangkitkan sektor lainnya. Ternak butuh dedek artinya harus ada sawah, sehingga terjadi simbiosis,” tukas Ahyuddin.
Ahyuddin mencontohkan satu ekor kambing atau domba, dalam sehari menghasilkan kotoran setengah kilo. Jika ada sepuluh ribu ekor, perhari akan ada 2500 kilo kotoran. Lalu untuk apa kotoran tersebut, maka bisa dijadikan pupuk tebaik bagi warga di desa. Sehingga lahan bisa subur seperti tanaman sayur dan lainnya.
Berawal dari Lumbung Ternak Warga (LTW), muncul tani sayur dan dengan perlahan sawah pun bisa bangkit lagi. LTW sendiri memiliki target solusi kemiskinan, maka harus ada pekerja yang bekerja tetapi bernilai ekonomi.
Diketahui LTW di Desa Cintabodas, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya memiliki 5000 ekor domba. Dengan launching LTW di Tasikmalaya saat ini ada Lumbung Ternak Wakaf yang dikelola oleh ACT, meliputi LTW Blora Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Aceh.
“LTW dikembangkan menjadi banyak tergantung dukungan modal dari pewakaf yang masuk. Di Cintabodas jumlah karyawannya sudah mencapai 73 orang dengan gaji di atas UMR,”paparnya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa wilayah Garut adalah salah pusat domba di Jawa Barat. Tetapi ketika mencari bibit sebanyak 1000 ekor, maka harus mengunjungi beberapa desa di beberapa kecamatan karena tidak ada sentranya. Dan LTW di Desa Cintabodas kedepan harus menjadi sentra bibit domba di Jabar.