Potensi Pasar Muslim Sejajar dengan Cina

Editor: Koko Triarko

Pada kesempatan ini, Riyanto juga mengapresiasi karena Indonesia mengalami peningkatan dalam hal penilaian rating index milik Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019, dengan menduduki nomor satu dunia.

Namun, Riyanto masih menilai pengembangan pariwisata halal di Indonesia masih banyak kendala. Utamanya terkait perspektif halal yang cenderung masih eksklusif.

Sehingga, perspektif ini mempersempit pasar. Karena pendapat para pelaku wisata dengan halal harusnya tidak ada masalah menyentuh ranah agama dan kebudayaan.

Dia juga mengimbau, agar Indonesia belajar dari negara-negara yang telah berkembang pesat mengelola wisata  halal.

“Kita bisa belajar dari negara Thailand, Jepang dan Korea yang sukses wisata halalnya,” ujarnya.

Terpenting lagi, menurut Sofyan, Indonesia harus menguatkan branding untuk pariwisata halal  dengan pengemasan yang menarik. Seperti wiswan potensial itu Timur Tengah, yang bisa menghasilkan USD 2.000-2.500 per kunjungan.

“Selain itu, juga wisman negara Asia dan Eropa seperti Jerman dan Perancis. Mereka semua adalah middle income up. Sehingga sangat potensial untuk dijadikan target menarik mereka berkunjung ke Indonesia,” katanya.

Sofyan berharap, gelaran ISEF yang akan berakhir pada Sabtu (16/11/2019), menjadi momentum menuju Indonesia pusat ekonomi syariah dunia.

Lihat juga...