Petani di Lamsel Anggap Sawit tak Lagi Menjanjikan Profit
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Produksi tandan buah segar (TBS) sawit yang menurun, memaksa petani di Lampung Selatan (Lamsel) berencana beralih ke tanaman lain.
Badiman, salah satu petani di Desa Kelaten,Kecamatan Penengahan, menyebut hasil panen menurun selama kemarau. Kelapa sawit bahkan mati akibat kemarau memaksa petani memusnahkan sebagian tanaman untuk diganti dengan komoditas baru.
Badiman menyebut, saat kemarau sebagian tanaman yang tidak produktif dibakar. Pemusnahan dengan cara membakar menurutnya paling efektif dilakukan. Sebab, daun, pelepah dan batang lebih mudah dibersihkan dibanding memakai bahan kimia.
Rencananya, ia akan merombak lahan tanaman kelapa sawit seluas dua hektare miliknya. Satu hektare masih disisakan dengan harapan masih bisa menghasilkan TBS yang maksimal.
Pada lahan yang sudah dibersihkan dari tanaman kelapa sawit, ia berencana menanam jagung dan pisang. Selain itu, pada sejumlah batas kebun, ia memilih akan menanam rumput gajah untuk pakan ternak sapi.

Meski prediksi musim penghujan di wilayah Lamsel baru akan turun pada Desember, ia telah menyiapkan lahan yang bersih untuk menanam jagung.
“Sebagian batang kelapa sawit yang dibakar masih tegak, namun akan dibersihkan secara bertahap, pemberian pupuk dolomit atau zat kapur diberikan bersama dengan pupuk kotoran sapi, agar saat musim penghujan tanah menjadi subur,” ungkap Badiman, Sabtu (2/11/2019).
Badiman mengaku sudah merombak tanaman sawit sejak September, lalu. Selain karena produksi yang menurun, juga karena harga jual yang anjlok. Semula, harga TBS sawit dijual Rp1.200, anjlok menjadi Rp1.000 dan terakhir pada akhir Oktober dijual seharga Rp800 per kilogram.