Nilai Jual Stabil Rendah, Petani Terong Kulonprogo Pasrah
Editor: Mahadeva
YOGYAKARTA – Petani terong di kawasan pesisir Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluhkan harga jual terong yang stabil di harga rendah.
Sejak beberapa minggu terakhir, harga jual komoditas terong di tingkat petani di daerah tersebut, diketahui hanya di Rp1.000 sampai Rp1.500 per-kilogram. Hal ini menjadi persoalan bagi petani, mengingat harga normal biasanya dikasaran angka Rp5000 hingga Rp7.000 per-kilogram.
Salah seorang petani terong, Sugiharto, warga Glagah, Temon, Kulonprogo, menyebut, sudah satu bulan terakhir terong unggu hasil panen kebunnya hanya dihargai Rp1.500 per-kilogram. Harga itu dinilai sudah jauh lebih baik, bila dibandingkan dengan harga jual sebelumnya yang hanya Rp800 hingga Rp1.000 per-kilo.
Melimpahnya produksi terong ungu, menjadi penyebab anjloknya harga jual. “Rata-rata, harga jual terong saat ini hanya Rp1.000 per-kilo. Punya saya dibeli tengkulak Rp1.500 per-kilo, karena memang kualitasnya cukup bagus,” katanya, Senin (04/11/2019).
Dari lahan berpasir seluas kurang lebih 1.500 meter persegi, Sugiharto, mengaku mampu menghasilkan sekira lima kuintal terong ungu, untuk sekali panen. Sejauh ini, Dia mengaku sudah mampu panen hingga enam kali. “Dari awal panen sampai sekarang, harga jualnya stabil di Rp1.500 per kilo. Padahal sebelumnya bisa mencapai Rp3.000 sampai Rp5.000 per kilo. Saat sedang bagus-bagusnya, harga jualnya bahkan bisa mencapai Rp7.000 per kilo,” ungkapnya.
Meski tidak bisa berbuat banyak, petani berharap nilai jual terong dapat kembali merangkak naik. Pasalnya, mereka mengaku cukup dirugikan dengan rendahnya harga jual terong saat ini. “Kalau harganya terus-menerus anjlok seperti ini, kita merugi. Karena kita sudah keluar modal banyak untuk membeli pupuk dan pestisida. Belum biaya operasional untuk menyiram,” pungkasnya.