Menristek: PLTN Opsi Terakhir untuk Antisipasi Kebutuhan Listrik

Bambang mengatakan untuk mengantisipasi kebutuhan listrik ke depan maka Indonesia harus siap dengan substitusi energi seperti surya, air dan angin, serta mengeksplor energi baru seperti nuklir.

“Kalau pun kita belum mau mengembangkan sekarang, jangan tinggalkan sama sekali, jangan role out dari possibility,” ujarnya.

Apalagi Indonesia sedang berupaya mengkomersialisasikan motor listrik dan mengembangkan mobil listrik, maka harus dipikirkan juga kebutuhan listrik mendatang untuk kendaraan dan keperluan kehidupan sehari-hari seperti listrik untuk pencahayaan dan peralatan dapur bertenaga listrik.

“Kita harus bangun pembangkit listrik tenaga nuklir dan kita bangun jauh di lokasi dari gempa yaitu di Kalimantan karena resiko gempanya kecil sekali,” ujar Bambang.

Menurut Bambang, Indonesia memiliki sumber daya manusia (SDM) di bidang nuklir yang berkualitas seperti di Badan Tenaga Nuklir Nasional serta reaktor nuklir.

Reaktor nuklir di Bandung merupakan yang pertama di Asia Tenggara, dan reaktor nuklir paling baru ada di Serpong yang memiliki kapasitas lebih besar dari reaktor nuklir di Australia.

Bambang mengatakan awalnya Korea belajar nuklir di reaktor nuklir Indonesia di Bandung, dan sekarang sebagian besar listrik di Korea dipasok dari PLTN.

Dia mengatakan Kalimantan Barat saat ini masih mengimpor listrik dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Bakun di Serawak, Malaysia.

Potensi air di Kalimantan Barat memang kurang, tapi Kalimantan Barat kaya akan uranium yang menjadi bahan bakar reaktor nuklir. Indonesia juga punya torium di Bangka Belitung yang bisa digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor nuklir.

Lihat juga...