BPDP-KS Tegaskan Sawit Strategis Dikembangkan
Editor: Koko Triarko
Menurutnya, luas keseluruhan kebun sawit di Indonesia kurang lebih 14 juta hektare, dan 43 persennya dimiliki oleh petani. Dari luasan tersebut, pemerintah melihat prospek ekonomi Indonesia ke depan tetap akan menggantungkan diri pada industri kelapa sawit. Karena sumbangan devisa ekspornya yang tertinggi.
“Pada 2018, sebanyak 22 miliar US Dollar atau sekitar Rp320 triliun sumbangan dari ekspor sawit,” sebutnya.
Kemudian dari sisi jumlah tenaga kerja, ada sebanyak enam juta orang yang bekerja di sektor sawit. Namun jika dihitung beserta keluarganya, berarti masyarakat Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari sawit sekitar 25 juta orang atau 10 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Belum lagi, sambungnya, produk turunan yang bisa dihasilkan dari bahan baku kelapa sawit, seperti minyak goreng, margarin, termasuk produk kosmetik, pasta gigi dan produk turunan lainnya.
“Kemudian yang menjadi luar biasa sekali, ternyata sawit ini bisa juga diolah menjadi bahan baku energi alternatif untuk menggantikan energi fosil. Jadi, sekarang 20 persen solar yang dikonsumsi itu merupakan campuran dari kelapa sawit. Artinya, industri sawit memang sangat strategis untuk terus dikembangkan,” tandasnya.
Lebih lanjut disampaikan Tofan, hingga saat ini Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia, dengan jumlah produksi pada 2018 sebanyak 47 juta ton, diikuti Malaysia 20 juta ton.
“Produk minyak sawit Indonesia sebagian besar diekspor ke India, Cina dan negara Uni Eropa,” katanya.
Menurut Tofan, sebenarnya ada beberapa produk minyak nabati yang menjadi pesaingnya sawit, yaitu minyak bunga matahari, minyak kanola, minyak jagung dan minyak soya atau minyak kedelai. Hanya saja, dalam pasar minyak nabati dunia, minyak sawit tetap menjadi nomor satu.