SURABAYA – Bank Indonesia mendorong Indonesia untuk dapat memainkan peran yang lebih besar sebagai produsen industri halal yang tidak hanya sanggup mencukupi kebutuhan di dalam negeri namun juga dapat memenuhi pasar global.
“Meskipun kedudukan kita saat ini sebagai konsumen utama produk makanan, busana, maupun pariwisata halal dunia. Namun kita cukup optimis,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo di Surabaya, Kamis.
Dody mengatakan, optimisme tersebut dipacu melalui penghargaan yang baru saja diterima oleh Indonesia dari Global Islamic Finance Report (GIFR) 2019 sebagai negara peringkat pertama di dunia dalam mengembangkan ekosistem keuangan syariah.
“Peringkat Indonesia bahkan naik cukup signifikan dari tahun sebelumnya yang berada di peringkat ke-6,” ujarnya.
Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi yang cukup besar yakni dengan adanya 207 juta orang atau 87,2 persen dari total penduduk beragama muslim sehingga dapat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi syariah.
Penduduk muslim Indonesia tersebut dinilai mampu membantu dalam mengembangkan enam sektor unggulan industri halal di tanah air yaitu makanan halal, pariwisata halal, fesyen muslim, industri kreatif, pertanian terintegrasi, dan renewable energy.
Ia melanjutkan, peluang untuk meningkatkan kredibilitas Indonesia di mata dunia masih terbuka lebar dengan memastikan bahwa strategi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional dapat mulai fokus pada inovasi dan pencapaian kualitas yang baik.
“Jadi tidak lagi terlaksana dalam ruang yang monoton dan hanya terjebak pada rutinitas,” ujar Dody.
Menurut dia, hal tersebut berdasarkan tiga pilar Blueprint Eksyar Bank Indonesia yaitu pilar pertama adalah pengembangan ekonomi syariah melalui pengembangan Halal Value Chain agar bisa mendukung penciptaan high quality-local product sehingga dapat memenuhi standar internasional.