Wali Kota Malang: Kayutangan tak Sama dengan Braga dan Malioboro
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Lebih lanjut, untuk bangunannya nanti ada beberapa perubahan. Seperti di Sarinah nanti akan dibuat lantai 20 tapi bagian depannya tetap bangunan awal. Bangunan hotel Pelangi juga tetap, tapi belakangnya mau dibuat bangunan lantai 20. Jadi meskipun ada perubahan bangunan, tapi keasliannya tetap terjaga.
“Satu sisi kami ingin mempertahankan bangunan di kota malang tidak usah tinggi-tinggi, karena yang kita jual view. Tapi begitu kita berlakukan pembatasan gedung, ternyata susah, investor tidak ada yang mau investasi. Maka kami melakukan perubahan, saat ini bangunan kita sudah tidak hanya 8 lantai, tetapi sudah masuk 20-24 lantai,” sebutnya. Dengan perubahan tersebut sekarang sudah ada kurang lebih 8-10 triliun yang mau investasi di kota Malang.
Menurutnya, dalam pembangunan kawasan Kayutangan, sisi milenial dan heritage harus dipadukan. Karena tidak bisa kita serta merta hanya mempertahankan heritage tapi menghilangkan nilai milenialnya.
“Anak-anak milenial harus diajak kepada situasi kolonial, sehingga akulturasi dan asimilasi budaya tidak akan membuat karakter anak bangsa luntur. Ini yang harus kita kuatkan bersama,” tuturnya.
Kayutangan sudah ditetapkan sebagai kawasan heritage cagar budaya, sehingga ke depan bangunan-bangunan ini akan dikuatkan tentunya dengan insentif dan disinsentif agar bisa terus menerus bangunannya tetap menjadi cagar budaya.
“Saya sampaikan ucapan terima kasih kepada fakultas teknik UB karena telah banyak membantu berkaitan dengan masalah ini. Mudah-mudahan Kayutangan nantinya bisa mengangkat pariwisata di kota Malang,” pungkasnya.