Sorgum Diversifikasi Pangan Memanfaatkan Lahan Kering

Editor: Mahadeva

JAKARTA – Tren hari kering, di beberapa wilayah di Indonesia, dinilai sesuai dengan prediksi para ahli iklim. Perubahan iklim, telah menyebabkan daerah yang semula kering, kini cenderung semakin kering.

Kondisi ini mempengaruhi hasil pangan beras, yang rentan terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mengupayakan budidaya sorgum, sebagai diversifikasi pangan untuk menjaga ketahanan pangan.

Peneliti Sorgum Batan, Soeranto, menyebut, sorgum memiliki prospek baik untuk dikembangkan di daerah kering, dimana padi sulit tumbuh. “Indonesia perlu memikirkan diversifikasi demi menunjang ketahanan pangan,” kata Soeranto saat ditemui di lahan penelitian sorgum, Batan Pair, Selasa (22/10/2019).

Sorgum cocok di lahan kering, karena tanamannya membutuhkan cahaya matahari sembilan hingga 12 jam per-hari. Panas matahari untuk memenuhi efisiensi fotosintesis yang tinggi. Sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh optimal di tanah dengan sumber hara dan air yang terbatas.

Kandungan gluten pada sorgum, jauh lebih rendah dibandingkan beras dan gandum. Dengan rendahnya kandungan gluten, maka proses pencernaan sorgum lebih ringan. Dampak positifnya, asam lambung yang dihasilkan jauh lebih rendah dibandingkan nasi. Sementara secara gizi, sorgum mengandung Calcium, Magnesium, Phospor, Riboplavin dan Amygladin.

Soeranto menyebut, Batan sudah melepaskan tiga varietas sorgum unggul. “Batan terus melakukan penelitian terhadap tiga jenis sorgum, yaitu grain sorgum untuk pangan, sweet sorgum untuk gula, sirup dan bioenergi dan forage sorgum untuk pakan ternak,”  kata Soeranto.