Pasca-Gempa Ambon, Warga Leihitu Kesulitan Bahan Pangan

“Kemarin kami mengevakuasi seorang nenek lansia berusia 80-an tahun dari pengungsian, beliau tidak bisa berjalan karena kakinya kedinginan hingga ke tulang,” ujar Faisal.

Kesulitan yang sama juga disampaikan oleh warga Desa Morela yang masih takut untuk pulang, meski kondisi di lokasi pengungsian bisa dibilang cukup memprihatinkan karena sebagian besar warga tidak memiliki tenda untuk berlindung.

Yhani Manilet (24) misalnya. Menurut dia, sejak gempa pertama terjadi hingga kini, dirinya dan warga lainnya masih kesulitan mendapatkan terpal, karena tidak ada yang menjual barang tersebut di sana.

“Di kampung kami tidak ada yang jual tenda atau terpal karena tidak ada toko-toko besar, hanya ada kios kecil. Warga mengupayakan apa yang ada saja, tapi kasihan saat hujan deras dan tenda bocor, seperti kami ini yang punya bayi,” kata Yhani.

Gempa tektonik pada 26 September 2019 telah menyebabkan 30 rumah di Desa Morela dilaporkan mengalami rusak ringan dan sedang, sedangkan tiga rumah lainnya rusak parah.

Diketahui baru Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang menyalurkan bantuan tanggap darurat ke sana, berupa satu kilogram beras dan dua bungkus mie instan per kepala keluarga.

“Banyak di tempat pengungsian yang sudah mulai terserang sakit. Kemarin ada yang diupayakan dibawa ke rumah sakit di kota, bibi saya karena pusing mau ukur tekanan darah juga tidak bisa karena tidak ada tenaga medis,” ucap Yhani. (Ant)

Lihat juga...