Wihi Loe Unur, Ritual Adat Memohon Berkah Leluhur
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Ketika anggota keluarga merasa sudah mempunyai ternak dan hasil kebun atau panen yang bagus maka disampaikan kepada kepala suku. Setelah ditentukan tanggal dan waktu ritual Wihi Loe Unur, maka dipersiapkan segala sesuatunya,” ungkapnya.
Acara pertama beber Yohanes, dinamakan wai ea naha kahu artinya menumbuk padi yang diambil dari lumbung atau padi hasil dari kebun sendiri.
Setelah itu sambungnya, baru tahapan berikutnya diadakan acara wai ea uma. Saat ini tuan pesta akan menyediakan sebuah kambing yang dinamakan widin uma.
“Dalam tahapan ini pemilik pesta akan mengudang sauadaranya untuk berkumpul dan membicarakan pelaksanaan ritual adat Wihi Loe Unur,” terangnya.
Segenap anggota keluarga kata Yohanes, akan membahas persiapan ritual dan segala kebutuhannya. Termasuk hewan dan makanan serta minuman untuk konsumsi masyarakat dan peserta yang hadir.
Saat ritual, Wihi Loe Unur jelas dia, semua kuku dan rambut dari keluarga orang yang meninggal akan disatukan dan dimasukkan ke dalam sobe wadah berbentuk kerucut dari anyaman daun gebang atau lontar. Kepala suku yang akan menyimpan sobe ini.
“Kambing widin uma tadi yang dipelihara jauh sebelumnya akan dipotong terlebih dahulu. Limpa dari kambing tersebut oleh kepala suku akan dilihat garisnya, darahnya, panas atau dingin,” sebutnya.
Dari melihat limpa, tandas Yohanes, kepala suku juga akan bisa mengetahui keadaan kampung setahun berikutnya. Apakah curah hujan cukup, cuaca panas atau dingin, panen melimpah ataukah ada bencana.
Setiap orang yang membuat adat tandasnya, wajib menyiapkan dua ekor hewan bahkan boleh lebih tergantung kemampuan. Dalam ritual adat Wihi Loe Unur ini ada 10 orang dalam keluarga yang telah meninggal dan dibuat ritual adatnya.