Sari Budoyo, Jaga Eksistensi Kesenian Kuda Lumping di Lamsel

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Kesenian tradisional kuda lumping masih menjadi hiburan yang dilestarikan sebagian warga Lampung Selatan (Lamsel).

Meski zaman modern kesenian ini masih dilestarikan oleh Sari Budoyo salah satu paguyuban seni tari kuda lumping.

Nyoto, ketua paguyuban Sari Budoyo menyebut sejak enam tahun silam seni kuda lumping dipertahankan sebagai hiburan merakyat.

Nyoto, ketua paguyuban seni tari kuda lumping Sari Budoyo yang merayakan ulang tahun keenam sekaligus merayakan bulan suro, Minggu (1/9/2019) – Foto: Henk Widi

Sebagai hiburan yang kental dengan aroma mistis, budaya Jawa, seni kuda lumping memanfaatkan bulan Suro. Sebelum pertunjukan ditampilkan pada Sabtu malam (31/8) sebagai malam 1 Suro dalam kalender Jawa, semua peralatan harus dijamas.

Penjamasan atau memandikan sejumlah peralatan diantaranya peralatan musik, kuda kepang, barongan serta pernak pernik dilakukan dengan sejumlah bunga.

Penjamasan dengan air kembang, wewangian menjadi sebuah cara memohon keselamatan. Sebab seni kuda kepang Sari Budoyo dibentuk saat bulan Suro yang dikeramatkan bagi etnis Jawa.

Setelah penjamasan pada malam sebelumnya, seni kuda lumping mulai dipertontonkan. Sebanyak tiga babak pertunjukan menjadi rangkaian seni budaya kuda lumping tepat di depan lokasi yang dikenal sebagai “kandang” kuda lumping.

“Kami melakukan proses penjamasan peralatan kuda lumping sebagai bentuk menghilangkan aura negatif agar sehari setelahnya bisa ditanggap menghibur masyarakat sekaligus menyambut bulan suro,” ungkap Nyoto saat dikonfirmasi Cendana News, Minggu (1/9/2019).

Lihat juga...