Melinjo, Harapan Petani Lamsel Kala Kemarau

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

LAMPUNG — Tanaman melinjo atau Gnetum gnemon jadi harapan petani Lampung Selatan (Lamsel) saat kemarau. Produktivitas yang rutin dan tidak terpengaruh cuaca membuat warga setempat memiliki penghasilan alternatif saat tanaman pertanian lain mengalami kekeringan, seperti padi dan jagung.

Hasan, petani di Desa Gayam, Kecamatan Penengahan menyebut komoditas pertanian tersebut kerap ditanam di kebun sebagai tanaman pagar. Sebagai pembatas antar kebun melinjo menjadi tanaman produktif berbuah sepanjang tahun.

“Rata rata 20 kilogram per pohon. Dihitung hanya buah melinjo matang sehingga untuk lima pohon saja bisa mendapat satu kuintal,” ungkap Hasan saat ditemui Cendana News, Senin (2/9/2019).

Selain buah matang, bagian kroto, daun muda, kulit buah bisa dimanfaatkan sebagai pelengkap sayur asam dan dijual kepada tukang sayur keliling. Harga daun, kulit dan kroto dijual borongan Rp50.000 untuk ukuran 30 kilogram.

“Oleh pedagang sayur kroto, daun muda dan kulit akan dicampur bersama kubis, janten atau jagung muda, serta sayuran lain,” sebutnya.

Suharti, warga Desa Way Kalam Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan membuat emping dengan cara tradisional untuk dijual dalam kondisi kering, Senin (2/9/2019). Foto: Henk Widi

Selain itu buah melinjo yang sudah dikupas dijual kepada pengrajin pembuat emping. Saat ini harga per kilogram Rp25.000 hingga Rp35.000. Saat sudah dibuat menjadi emping mentah harga per kilogram dijual Rp40.000 hingga Rp50.000. Jenis emping yang sudah matang sesuai ukuran akan dijual dengan harga Rp65.000 hingga Rp75.000 perkilogram.

Lihat juga...