KBRI Tangani Kasus Pekerja Migran Ditangkap di Singapura
Ketiganya berkenalan satu sama lain di sekitar waktu ketika mereka menjadi radikal pada 2018.
AA dan RH pertama kali bertemu di sebuah pertemuan sosial di Singapura selama hari libur mereka, sementara TM terhubung dengan mereka di media sosial.
“Seiring waktu, mereka mengembangkan jaringan kontak daring asing yang pro-militan, termasuk ‘pacar daring’ yang berbagi ideologi pro-ISIS mereka,” kata Kementerian Dalam Negeri Singapura, seperti dilaporkan Channel News Asia, Senin.
AA dan RH ingin melakukan perjalanan ke Suriah dan bergabung dengan ISIS. AA siap untuk mengangkat senjata bagi kelompok teroris di Suriah dan menjadi pembom bunuh diri, sementara RH bercita-cita untuk tinggal di antara pejuang ISIS di Suriah dan berpartisipasi dalam konflik di sana.
Kedua wanita itu juga didorong oleh kontak daring mereka untuk bermigrasi ke Filipina selatan, Afghanistan, atau Afrika untuk bergabung dengan kelompok pro-ISIS di daerah-daerah ini.
Kementerian Dalam Negeri Singapura menyebut RH percaya bahwa umat Islam berkewajiban untuk melakukan perjalanan ke zona konflik lainnya seperti Palestina dan Kashmir untuk berperang melawan “musuh-musuh Islam”.
Mereka juga menyumbangkan dana kepada entitas yang berbasis di luar negeri untuk tujuan terkait terorisme, seperti untuk mendukung kegiatan ISIS dan kelompok teroris yang berbasis di Indonesia Jemaah Anshorut Daulah (JAD), yang berafiliasi dengan ISIS. Ketiganya diduga menjadi pendukung kuat kelompok teroris.
Ketiga wanita itu diradikalisasi tahun lalu setelah mereka menemukan materi daring terkait dengan ISIS.
Mereka menjadi yakin bahwa ISIS berjuang untuk Islam dan penggunaan kekerasan terhadap “orang-orang kafir” dibenarkan, dan semakin diradikalisasi setelah bergabung dengan beberapa kelompok dan saluran media sosial media pro-kelompok tersebut.