BREBES – Risiko angka kematian ibu dan angka kematian bayi di wilayah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, kini masih relatif cukup tinggi, sehingga permasalahan itu perlu mendapat perhatian semua pihak, dan harus diselesaikan bersama oleh semua komponen yang terkait dengan kesehatan ibu dan bayi.
Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jateng, Nanik Budi Hastuti, mengatakan bahwa selama 2019, AKI di Brebes berada di peringkat dua di Jateng dengan 17 kasus.
“Ada pun, AKB berada pada peringkat empat dengan 97 kasus. Oleh karena, persoalan AKI dan AKB masih menjadi PR (pekerjaan rumah) di Brebes,” katanya, Selasa (10/9/2019).
Ia mengatakan, kasus “empat terlalu” yaitu terlalu muda hamil dan melahirkan, terlalu tua, terlalu banyak anak, dan terlalu rapat jarak kelahiran, serta kasus “tiga terlambat”, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai ke tempat rujukan, terlambat mendapat penanganan, menjadi faktor kuat tingginya AKI dan AKB.
BKKBN, kata dia, akan terus berupaya untuk memperkuat pemahaman masyarakat tentang penggunaan alat kontrasepsi, salah satunya melalui pertemuan dengan para kader KB.
“Efek samping penggunaan kontrasepsi merupakan isu yang sering dibahas di masyarakat. Tidak jarang, kekhawatiran yang tidak mendapatkan penjelasan komprehensif, berujung pada keengganan calon akseptor dalam memilih dan menggunakan alat dan obat kontrasepsi,” katanya.
Menurut dia, secara nasional telah disepakati empat komponen prioritas ruang lingkup kesehatan reproduksi, yaitu kesehatan ibu dan bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, dan pencegahan serta penanganan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.