Seren Taun, Ritual Seserahan yang Menyimbolkan Persatuan dan Kesatuan
Editor: Mahadeva
Melalui seren taun, masyarakat agraris Sunda menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut, sebagai pencerminan kesadaran pribadi atas suatu kenyataan yang mereka terima yakni hidup dan kehidupan, dengan kehalusan budi, cinta kasih, tata krama dalam menerima sentuhan cipta, rasa dan karsa.
Naluri adikodrati nenek moyang masyarakat Sunda, yang menggugah dan menggetarkan rasa serta pikiran, bahwa di luar fenomena kehidupan ini, ada yang lebih berkuasa melebihi akal pikiran mereka. Salah satu manifestasi obsesi tersebut, dilakukan dengan upacara syukuran yang divisualisasikan dengan produk hasil panen pertanian seperti padi.
Masyarakat Jawa Barat tidak dapat dipisahkan dengan kisah Dewi Sri. Dewi yang memberi kesuburan, atas utusan jabaning langit yang turun ke bumi. Pada upacara seren tahun, kisah kisah klasik pantun Sunda mengisahkan tentang Dewi Sri tersebut ditampilkan.
Seren tahun membangun kesadaran diri, sebagai makhluk Tuhan dengan nilai nilai kemanusian yang diapresiasikan dengan kehalusan budi, cinta kasih, tatakrama, solidaritas. Hal itu untuk mengakui betapa murah dan asihnya Tuhan, dengan menganugerahkan hidup dan kehidupan dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi.
Melalui seren tahun, masyarakat adat Sunda Cigugur bertekad melestarikan dan melindungi hukum adat dan warisan leluhur. Dukungan dari pemerintah telah dilakukan dengan menjadikan acara seren tahun sebagai warisan budaya tak benda Indonesia, dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Republik Indonesia.
Pangeran Gumirat Barna Alam atau kerap disapa Pangeran Anom menyebut, makna upacara adat seren taun Cigugur 1952 Saka Sunda adalah, Jejem panceg ngamumule adat budaya karuhun pikeun mageuhkeun ajen kabangsaan. Yang berarti, mempertahankan adat dan budaya leluhur nusantara demi persatuan dan keutuhan bangsa.