Sejarah Pembunuhan Jean Pieterszoon Coen, Oleh Telik Sandi Wanita Mataram

Editor: Mahadeva

Sejarawan dari Yogyakarta, Herman Janutama, saat ditemui Cendana News, Kamis (29/8/2019) - Foto: Jatmika H Kusmargana

Sebenarnya peristiwa itu menunjukkan betapa hebatnya operasi intelijen yang dilakukan Mataram saat itu. “Ini kan perang. Semua persiapan dilakukan dalam waktu yang tidak sebentar. Tapi bertahun-tahun. Ini menunjukkan betapa rapinya strategi telik sandi Mataram. Hingga tidak banyak diketahui publik. Karena memang merupakan operasi intelijen yang super rahasia. Tidak mungkin masyarakat awam tahu tentang hal ini,” katanya.

Terlepas dari semua itu, berdasarkan kajian-kajian dan informasi sejarah yang ada, peristiwa itu sebenarnya bisa ditelusuri lebih jauh. Salah satunya melalui peninggalan-peninggalan yang ada seperti wayang Klitik.

Dalam wayang yang terbuat dari papan kayu tersebut dikisahkan, sosok musuh besar Sultan Agung, bernama Mur Jangkung. Sosoknya kerap diidentikkan dengan Jean Pieterszoon Coen. Karena yang bersangkutan merupakan keturunan bangsa Moer, dengan badan tinggi kurus atau biasa disebut Jangkung oleh masyarakat Jawa.

Hingga saat ini wayang Klitik ini masih ada di Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Meskipun sangat jarang diketahui orang. “Dalam sejarah Tapos, keberadaan Ni Mas Utari ini ada dan kerap disebut. Bahkan dalam tradisi masyarakat di Yogyakarta, dulu ada kebiasaan setiap bulan Mulud atau Suro, masyarakat selalu mengumpat di sungai Opak. Ini karena dulu kepala J.P. Coen dibawa lewat sungai opak. Termasuk juga kebiasaan mengumpat dan melakukan sumpah serapah ketika menginjak anak tangga Makam Raja-Raja Imogiri. Ini sebenarnya data sejarah yang bisa dilacak,” pungkasnya.

Lihat juga...