Ribuan Masyarakat Ikuti Prosesi Menumbuk Padi di Seren Taun

Editor: Mahadeva

Simbol dewi Sri sebagai dewi padi, menjadi penggugah kesadaran betapa baiknya sang Maha Pencipta. “Melalui padi, maka manusia merasakan betapa murah dan asihnya Tuhan, menganugerahkan hidup dan kehidupan dari tahun ke tahun, dari generasi ke generasi,” papar Yadi Riyadi.

Suminta, menjaga padi yang akan ditumbuk dengan jumlah mencapai 22 kuintal yang akan ditumbuk 20 kuintal dan sebanyak 2 kuintal dijadikan bibit pada acara seren taun 24 Agustus 2019 di Cigugur Kuningan Jawa Barat – Foto Henk Widi

Suminta, penjaga lumbung padi lain menyebut, padi yang disiapkan untuk ditumbuk diantaranya varietas Rageyan. Untuk menumbuk padi, disiapkan puluhan lesung panjang. Kegiatan menumbuk padi harus diselesaikan dalam waktu seren tahun, sejak siang hingga malam.

Ribuan masyarakat dari berbagai wilayah Jawa Barat bahkan dilibatkan dalam kegiatan tersebut sebagai simbol kebersamaan. Kebersamaan yang tercipta sebagai makna Bhineka Tunggal Ika menjadi bermakna persatuan. Wilayah Cigugur dikenal sebagai Indonesia Kecil, dengan kekayaan alam, adat dan budaya serta agama-nya. Persatuan dan kesatuan yang terus dibina oleh Pangeran Djatikusumah, terus dibina oleh masyarakat hingga turun temurun.

Penumbukan padi yang penuh makna filosofi tersebut, menarik Vina salah satu wisatawan asal Magelang, Jawa Tengah. Dia ingin belajar toleransi dan keberagaman yang tinggi di Cigugur Kuningan. Melalui kegiatan penumbukan padi, Dia melihat kebersamaan masyarakat tanpa membedakan agama dan golongan.

Sebagian merang padi yang tidak ditumbuk, dibuat menjadi minatur wayang. Wayang dari merang padi dibuat oleh Umar, salah satu warga Cigugur. Sebagai oleh-oleh, wayang tersebut akan dibawa ke Magelang sebagai bukti telah mengikuti prosesi seren taun. Kegiatan adat tersebut menjadi budaya tradisional agraris masyarakat Sunda menjadi simbol persatuan yang tetap dilestarikan.

Lihat juga...