Emmy mengatakan, tahun ini Baznas mengupayakan kurban agar bermanfaat bagi desa. Melalui program “Kurban Berdayakan Desa”, Baznas mendorong peningkatan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan budaya di masyarakat desa dengan hewan ternak dibeli, disembelih dan dibagikan kepada masyarakat desa.
Pengurus Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI), Dana Vega Supriatna, mengatakan pihaknya berupaya menguatkan peternak hewan kurban, terutama di desa, agar mendapatkan laba berlipat.
“Secara umum mereka sedikit pengetahuan cara beternak yang baik dan benar,” kata Dana.
Dia mengatakan, akibat yang paling nampak dari tidak adanya pengetahuan beternak yang baik, yakni peternak tak kunjung mendapatkan hasil penjualan sesuai harga pasar.
Hal itu, kata dia, terjadi karena kebanyakan peternak hewan kurban hanya menjadikan beternak sebagai sampingan, sehingga tidak serius.
Sebagai gambaran, lanjut dia, peternak sampingan itu memiliki pekerjaan utama sebagai petani. Mereka mencari rumput untuk ternak di sela bertani, sehingga ongkos produksi untuk tenaga dan memberi makan hewan tidak dihitung.
“Mereka tidak menghitung tenaganya, nilai pakan dan biaya lain yang dibutuhkan bulanan, sehingga mereka asal butuh biaya mereka jual hewan ternak sedapatnya, bahkan tidak tinggi harganya,” kata dia.
Dia mengatakan pengetahuan soal hewan ternak yang rendah itu, membuat para peternak menjual dengan harga rendah. Di situlah peran HPDKI untuk turut mengedukasi masyarakat di 21 provinsi di Indonesia.
“Ketika pedagang pasar menawar Rp250 ribu-Rp300 ribu yang jauh di bawah harga pasar, ya dia kasih karena dianggap sudah untung termasuk menutup biaya produksi. Padahal, harga di pasaran Rp600 ribu-Rp800 ribu per ekor. Secara perhitungan itu merugi banyak,” katanya.