JAKARTA – Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Pingkan Audrine Kosijungan, menilai aliran modal asing masih menjadi hal yang esensial dalam mengatasi permasalahan defisit dari neraca transaksi berjalan, yang kerap disorot banyak ekonom.
“Aliran modal asing menjadi salah satu poin penting dalam menopang kondisi neraca transaksi berjalan,” kata Pingkan Audrine Kosijungan, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (11/8/2019).
Seiring dengan hal itu, ujar dia, kondisi ketergantungan negara dengan aliran modal asing turut memengaruhi spekulasi pasar mata uang yang lagi-lagi memiliki risiko untuk mengalami depresiasi.
Pembangunan infrastruktur yang masif di beberapa wilayah di Indonesia, seringkali disebut-sebut sebagai faktor pendorong agresifnya Indonesia dalam mengejar suntikan modal asing.
“Namun, berkaca dari keadaan neraca transaksi berjalan kita yang masih berstatus defisit, suntikan modal asing memang diperlukan untuk menopang pembangunan dan menjaga stabilitas perekonomian Indonesia, di tengah dinamika perekonomian global,” katanya.
Ia juga menyoroti, bahwa perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina yang sudah berlangsung sejak awal 2018, berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Indonesia pun turut terkena imbasnya dengan mengalami depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Meski demikian, lanjutnya, kondisi tersebut sudah berangsur membaik berkat kondusivitas yang berhasil dijaga oleh pemerintah, dengan terus menggenjot ekspor dan melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor.
Sebelumnya, investor Eropa mengkhawatirkan dampak proteksionisme dalam berinvestasi di Indonesia, yang nilainya meningkat berdasarkan hasil Indeks Kepercayaan Bisnis Kamar-Kamar Dagang Eropa (Joint European Chambers Business Confidence Index/BCI) 2019.