Meski Kemarau, Petani di Lampung Selatan Tidak Ikut AUTP

Editor: Mahadeva

LAMPUNG – Petani padi di Kabupaten Lampung Selatan memilih belum mengikuti Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Meski resiko gagal panen, selama kemarau mengancam, sebagian petani masih melakukan berbagai upaya untuk tetap menanam padi.

Harjo, petani di Desa Pasuruan, Penengahan, memilih memanfaatkan mesin pompa air untuk mengairi lahan pertaniannya. Meski kemarau dipastikannya tidak kesulitan pasokan air.

Harjo mengaku enggan mengikuti program AUTP, karena fasilitas irigasi di wilayahnya berjalan lancar. Dengan pompa air, Harjo masih bisa menyirami lahannya setiap hari. Penyiraman lahan seluas setengah hektare harus dibiayai membeli bahan bakar Rp30.000 per-hari.

Hal itu dilakukan, sebagai risiko menghindari sawah-nya dari kekeringan. Pasokan air yang masih lancar dari Gunung Rajabasa didistribusikan secara bergilir. Pemanfaatan air dilakukan secara bertahap, karena masa tanam yang tidak seragam. “Potensi risiko kegagalan menanam padi saat kemarau masih terjadi, namun berkat adanya fasilitas mesin sedot membuat saya tidak mengikuti program AUTP yang ditawarkan Jasindo,” ungkap Harjo kepada Cendana News, Senin (19/8/2019).

Harjo menyebut, program AUTP baik karena bisa melindungi petani dari ancaman gagal panen. Petani yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) memilih mengikuti program AUTP, karena padi yang ditanam berusia di bawah 30 hari. Salah satu solusi mengatasi risiko kerugian akibat kemarau dilakukan dengan investasi jangka panjang.

Investasi dengan membuat sumur bor dan membeli mesin pompa air dengan biaya sekira Rp10 juta. “Kalkulasi yang saya hitung tentunya memilih risiko rugi diawal sebagai modal tetap, namun bisa tetap menanam dalam jangka panjang,” ungkap Harjo.

Lihat juga...