Jaga Ekosistem Perairan Lamsel, Nelayan Gunakan API Ramah Lingkungan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Pola tersebut diterapkan Suhardi diantaranya untuk budidaya kerapu, lobster dan kepiting. Setelah ditangkap memakai bubu, selanjutnya hasil tangkapan dibesarkan pada keramba hingga siap dijual.
Dalam sekali menangkap ikan ia mengaku mendapatkan hasil Rp100 ribu hingga Rp200 ribu per hari dengan tangkapan ikan dasar. Proses pemasangan alat tangkap bubu kawat kerap dilakukan pada sejumlah rumpun mangrove.
Bubu kawat disebut Suhardi dipasang pada pagi hari dan akan diambil sore hari. Bubu kawat kerap diberi umpan usus ayam dan umpan ikan kecil.
“Lingkungan pesisir yang masih terjaga dengan adanya tanaman mangrove ikut menjadi sumber penghasilan bagi nelayan, dan pencarian ikan berkelanjutan,” papar Suhardi.

Lingkungan perairan dengan ekosistem mangrove, terumbu karang untuk habitat ikan menarik disebutnya kerap dijadikan tempat menyelam. Proses penyelaman juga menjadi sarana untuk mencari ikan karang mempergunakan tombak.
Meski cara-cara tradisional masih dipertahankan ia memastikan nelayan masih bisa mendapat hasil untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara ikan yang dibudidayakan dengan KJA bisa dipanen setiap bulan.
Pelarangan API yang merusak lingkungan perairan juga disambut positif nelayan pesisir Bakauheni. Rohman, warga Dusun Muara Piluk, pencari kepiting, lobster dan kerapu mengaku memakai keramba jaring tancap.
Keramba tersebut dipergunakan untuk membesarkan kepiting dan lobster yang ditangkap. Sebab sesuai aturan kepiting dan lobster di bawah 250 gram dan bertelur dilarang dijual.