DBD di Maluku Utara Capai 707 Kasus, Enam Meninggal
TERNATE — Kasus Demam Berdarah di Maluku Utara (Malut) dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan dan ini menjadi peringatan bagi semua pihak terkait untuk melakukan upaya pencegahan secara maksimal.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Malut Andi Sakurawati di Ternate, Senin, mengatakan kasus DBD di Malut hanya tercatat 300 lebih, sementara pada 2019 ini sampai Juli telah mencapai 707 kasus, enam di antaranya meninggal dunia.
Meningkatnya kasus DBD di Malut itu di antaranya disebabkan faktor iklim, perubahan perilaku nyamuk aedes aegypti penyebar virus DBD yang biasanya hanya menggigit manusia pada pagi dan sore hari sesuai hasil penilitian kini menggigit pula pada malam hari.
Menurut dia, Dinkes Malut bersama Dineks seluruh kabupaten/kota terus melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran DBD, di antaranya menintensifkan sosialisasi pencegahan DBD kepada masyarakat.
Pencegahan DBD yang disosialisasikan kepada masyarakat terutama mengenai konsep 3M yakni menguras bak mandi secara rutin, menutup bak atau tempat penampungan air dan mengubur kaleng atau wadah yang dapat menampung air.
Selain itu, kata Andi Sakurawati, mendorong setiap rumah warga memiliki minimal seorang pemantau jentik nyamuk, sehingga tidak memberi peluang ada jentik nyamu aedes aegypti yang berkembangbiak serta penggunaan kelambu saat tidur, terutama untuk ibu yang memiliki balita.
Dinkes Malut telah pula membagikan buku saku mengenai prosedur penanganan DBD kepada seluruh puskesmas di Malut, sehingga jika ada kasus DBD di wilayah kerjanya dapat langsung ditangani dengan baik.