BPBD Bondowoso Bangun 12 Tandon Air Atasi Kekeringan

Editor: Koko Triarko

BONDOWOSO – Sesuai prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau di Indonesia tahun ini akan berlangsung lebih panjang. Karena itu, berbagai antisipasi telah dilakukan oleh berbagai daerah, termasuk di Bondowoso yang sebagian daerahnya mengalami kekeringan.

“Kita telah tetapkan siaga darurat kekeringan tahun ini, sejak 17 Juni hingga 31 November 2019. Tanggal 31 November itu merupakan perkiraan berakhirnya musim kemarau tahun ini,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bondowoso, Kukuh Triatmoko, ketika dikonfirmasi Cendana News di kantornya, Kamis (29/8/2019).

Dalam penetapan siaga darurat tersebut,  sebanyak 46 desa di 16 kecamatan terdampak kekeringan. Wilayah itu mencakup jumlah penduduk yang diperkirakan terdampak 27.316 kepala keluarga, terdiri dari 77.000 jiwa.

Sebagai penanggulangan, BPBD Bondowoso terus mengirimkan (droping) air bersih di beberapa desa yang melaporkan kekeringan air. Selain itu, BPBD juga akan membangun 12 tandon air bersih di 8 desa yang mengalami kekeringan dengan tingkat paling rendah.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bondowoso, Kukuh Triatmoko, ketika dikonfirmasi Cendana News, di kantornya, Kamis (29/8/2019). –Foto: Kusbandono

“Total biaya pemasangan tandon itu mencapai Rp180 juta. Insyaallah bisa tahan lama, sampai beberapa tahun,” papar Kukuh.

Berdasarkan kriteria dari BPBD, ada tiga level desa yang mengalami kekeringan. Yakni, kering langka terbatas; kering langka dan kering langka kritis. Kering langka terbatas adalah daerah yang mengalami kekeringan yang jaraknya dengan sumber mata air terdekat mencapai 500 meter.

Lihat juga...