Warga Lamsel Kembangkan Tanaman Konservasi Lingkungan Bernilai Ekonomi
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
Sejak Maret 2019, sekitar 3 juta bibit telah disiapkan untuk penanaman sejumlah kawasan hutan masyarakat. Selain pada hutan masyarakat, perkebunan, ia juga menggencarkan upaya penanaman lingkungan lembaga pendidikan pemerintah serta pihak swasta yang peduli akan konservasi lingkungan.
“Bekerjasama dengan petugas jagawana, upaya menjaga hutan terus dilakukan dengan mengajak warga menanam kayu, boleh diambil buah, getah tapi tidak boleh ditebang,” papar Komarudin.
Tanaman produktif jenis damar, kemiri, jengkol, jolang jaling, petai disebutnya cukup baik menyerap air. Memiliki tajuk tinggi membuat jenis tanaman tersebut bisa ditumpangsarikan dengan kakao, cengkih yang juga tanaman produktif. Menanam berbagai jenis tanaman tersebut membuat warga bisa mendapatkan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Selain mendapatkan hasil mingguan, bulanan, pohon peresap air bisa melindungi lingkungan dari kekurangan pasokan air.
Yusup, salah satu pengelola persemaian bibit pohon milik Komarudin menyebut bibit disediakan pada lahan satu hektare. Semua jenis bibit tanaman produktif tersebut disemai menggunakan pupuk kompos. Jenis tanaman kemiri,mahoni dan pinang bahkan ditanam tanpa media polybag. Sistem penggunaan sekam, kompos dan tanah subur membuat benih bisa tumbuh dengan perawatan sempurna.
“Tanaman kemiri yang disiapkan memasuki usia tiga bulan namun menunggu musim hujan ditanam,” papar Yusup.
Yusup memastikan saat kondisi musim penghujan penanaman bisa dilakukan. Sejumlah bibit tanaman dipesan oleh masyarakat yang akan melakukan regenerasi dan pengalihan jenis tanaman. Sejumlah pemilik kebun jati dan medang memilih akan mengganti tanaman kemiri dan pinang. Sebab memasuki usia 5 hingga 6 tahun berbuah. Sementara jenis tanaman tersebut berbuah tahunan yang bisa dipanen setiap saat. Selain memiliki nilai ekonomis bisa dipakai untuk konservasi lingkungan.