Pemerintah Berupaya Turunkan Produksi GRK
Editor: Mahadeva
Pengurangan GRK oleh semua negara di dunia, sesuai arahan PBB diharapkan mampu mengerem kenaikan suhu dunia hingga 1,5 derajat celcius. “Jika sudah melampaui angka tersebut, maka akan banyak negara yang terkena dampaknya, termasuk Indonesia yang merupakan negara tropis sekaligus negara kepulauan,” tandas Agung.
Menurut pria yang menempuh studi lanjut di Belanda tersebut, dampak perubahan cuaca sudah dirasakan di Indonesia. Salah satu yang dirasakan adalah laporan di beberapa kawasan yang menyebut tanaman kopi yang biasanya bisa ditanam di ketinggian 800 meter.
Kini di lokasi tersebut hasilnya sudah tidak optimal lagi. Sehingga petani kopi memilih menanam kopi di dataran yang lebih tinggi lagi. “Ini artinya merambah hutan konservasi yang berfungsi sebagai cadangan air dan penghasil oksigen, jika hal ini dibiarkan, maka makin banyak hutan kita yang beralih fungsi,” tandas Agung.
Dirjen PPI mengajak dunia perguruan tinggi, untuk turut berpartisipasi dalam pengurangan produksi GRK. Kementerian LHK memiliki Program Kampung Iklim atau Proklim, program yang mendidik dan mempersiapkan masyarakat Indonesia, agar mampu beradaptasi dengan perubahan iklim.
Termasuk usaha mitigasi bencana akibat perubahan iklim. Program-program dalam Kampus Iklim didesain agar mudah diaplikasikan oleh warga, seperti memanen air hujan, pembuatan sumur resapan, pembuatan septic tank komunal, dan menjaga hutan.
Ajakan Dirjen PPI Kementerian LHK ditanggapi positif Rektor Universitas Jember, Moh. Hasan. Menurutnya, Kampus Tegalboto telah berpengalaman dalam menjalankan berbagai program terkait pengurangan GRK. Diantaranya, Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan yang didukung oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bappenas, serta USAID di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) dan desa penyangganya.