OPT Akibatkan Produksi Buah Kakao di Lamsel Menurun

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

LAMPUNG — Musim kemarau yang melanda Lampung Selatan (Lamsel) meningkatkan populasi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) kakao. Hal ini menyebabkan produksi bahan baku olahan coklat tersebut menjadi terganggu dan cenderung mengalami penurunan.

Krismanto, petani di Desa Kelaten, Penengahan menyebutkan,  imbas kemarau, hama memanfaatkan kakao untuk asupan pakan yang berkurang di alam. Hama perusak kakao yang muncul saat kemarau paling dominan adalah kutu putih kakao (mealybug). Hama tersebut mengakibatkan buah menjadi kerdil.

“Hama lain diantaranya busuk buah (vascular streak dieback) membuat buah busuk sebelum tua. Hama penggerek  dan pengisap buah (helopeltis Spp) yang membuat buah kering dan busuk,” terangnya kepada Cendana News, Senin (22/7/2019).

Krismanto menambahkan saat kemarau suhu udara yang mencapai lebih dari 30 derajat mempercepat perkembangan kutu putih. hama yang menjadikan kakao sebagai inang akan berkembang pada kulit buah dan membuat biji kakao busuk.

“Cairan manis pada kakao membuat kutu putih kerap hidup bersimbiosis dengan semut hitam,” tambahnya

Sementara itu, hama lainnya yang mengancam, yakni vascular streak dieback (VSD) yang dapat membuat buah busuk sebelum matang. Mencegah penularan, langkah yang diambil petani di antaranya memangkas dan membuang kakao yang sudah terkena VSD.

“Sebagai solusi tradisional kerap petani membungkus kakao dengan plastik agar hama tidak menyerang,” ungkap Krismanto.

Akibat OPT yang beragam, satu batang normalnya menghasilkan 10 kilogram kakao basah, kini hanya 5 kilogram. Sementara produksi total dari sekitar 500 batang normalnya 500 kilogram, dan saat ini hanya mencapai 350 kilogram.

Lihat juga...