Pengembangan ‘Life Skill’ Disabilitas Lewat Media Seni

Editor: Makmun Hidayat

JAKARTA — Secara alamiah, seorang manusia memiliki kemampuan untuk memahami dan mempelajari lingkungan di sekitarnya. Termasuk para anak disabilitas.

Salah satu cara untuk membuat anak disabilitas menjadi mandiri, yakni dengan memperkenalkannya pada lingkungan melalui pembimbingan.

Pendiri Saraswati Learning Center, Reshma Wijaya Bhojwani, menyatakan dirinya sengaja menggunakan lingkungan seni sebagai salah satu cara untuk membangun respon dari anak didiknya.

“Dalam seni itu tidak ada benar dan salah. Sehingga, proses pembelajaran akan menjadi lebih mudah bagi para disabilitas. Tidak akan ada yang menyalahkan mereka,” kata Reshma, usai acara pelelangan lukisan karya kolaborasi anak didiknya dan para pelukis, Selasa malam (25/6/2019).

Kolaborasi yang dibangun dalam kerja sama dengan Jakarta Youth Performing Arts, selain untuk membangun inklusifitas disabilitas di Jakarta, juga menjadi suatu cara untuk merangsang respon anak disabilitas melalui audio dan visual.

“Anak-anak berkolaborasi dalam membuat karya Van Gogh bersama para pelukis. Dan setelah itu, mereka akan ikut dalam proses memamerkan karya mereka. Kita sengaja melibatkan mereka dalam proses penjualan dan penjelasan karya. Sehingga akan membangun kebanggaan pada diri mereka,” urai Reshma.

Diakui oleh Reshma, bahwa penggunaan seni ini bukanlah untuk menyembuhkan anak didiknya. Tapi lebih kepada mengembangkan behaviouristic dan life skill dari anak didiknya.

“Dengan mengenali potensinya, lalu dikembangkan, diharapkan anak-anak disabilitas ini akan menjadi mandiri. Jadi mereka tidak bergantung pada orang lain, untuk selanjutnya,” katanya.

Lihat juga...