Olah Sampah Organik, Musi Banyuasin Kembangkan “Black Soldier Fly”

Setelah lalat bertelur, telur-telur tersebut dipisahkan dan ditempatkan di tempat berbeda untuk proses penetasan. Setelah menetas dan berusia lima hari, kemudian diletakkan pada sampah organik. Memasuki usia 10 hari, larva tersebut sudah dapat dipanen dan ditebarkan ke tumpukan sampah untuk bekerja mengurai sampah.

Mini larva tersebut bisa mengonsumsi sampah selama dua minggu. Dalam perhitungannya, 10 gram telur (larva yang sudah menetas), bisa mengonsumsi 100 hingga 150 kilogram (kg) sampah organik per hari.

Kemudian, mini larva akan berubah menjadi maggot (belatung atau larva lalat BSF) selama delapan hingga 17 hari. Dari jumlah maggot secara keseluruhan, 90 persennya akan disisihkan untuk pakan ternak dan ikan, lalu 10 persennya lagi untuk dijadikan lalat lagi agar bertelur. “Maggot mengandung protein tinggi, 19 asam amino, dan 11 mineral, sehingga diklaim sangat cocok untuk pakan ternak dan ikan,” jelasnya.

Dengan adanya inovasi tersebut, Pemkab Musi Banyuasin berharap jumlah volume yang setiap hari bertambah bisa segera terurai secara alami dengan menggunakan metode BSF. Larva dari lalat tentara hitam ini dimanfaatkan untuk mengolah sampah organik karena keberadaannya yang banyak ditemukan di sekitar sampah.

Lihat juga...